Unggulan
Doa Serdadu di Sepertiga Malamnya
Pagi hari;
Sang mentari masih bersembunyi,
Barangkali lelap enggan untuk beranjak.
Butiran embun jatuh di kepala serdadu
Yang sedang berdoa,
Untuk mengulur umur.
Aku berjalan di tengah hutan
Terhimpit di antara relung kata dan tanya
Sembari memikul asa dan petuah;
Beban pikiran menghantui setiap langkah.
Siang hari;
Terik mentari membakar kepala
Dari kejauhan hujan peluru terdengar
Menembus paha,
perut,
dan dada.
Berkobar semangat komandanku menyeru
Maju! Serbu! atau pulang Memalukan!
Aku mengokang senapan,
bersiap menyerbu.
Laju langkah kakiku menembus hutan;
Menebas semak berduri tajam.
Seketika aku terdiam;
Tatapanku tertegun dalam duka
Melihat segala yang ada,
Kembali ke yang maha ada.
Malam hari;
Aku pulang membawa asa para pejuang
Kepada takdir,
Yang menjadikannya abu di medan perang.
Aku sendiri;
Menatap sayu,
Para serdadu yang terkapar mati.
Paras wajah yang kukenal;
Adalah paras wajah kesetiaan
Yang kini porak poranda
Diguncang kemunafikan.
Segala kejujuran;
Seakan dijual murah
Demi sesuatu bernama
Jabatan.
Saudara-saudara;
Perjuangan kita belum usai.
Peluru kita sudah habis,
Buanglah senjatamu,
Kibarkan bendera Ibu Pertiwi,
Anak cucu kita 'kan menjadi
Saksi.
Tuhan, akankah suatu saat kami merdeka?
Kudengar lirih tuhan seakan menjawab;
Setelah buku-buku itu hidup,
Biarlah segala kata dan doa,
Menjelma menjadi puisi yang bermakna.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan Populer
Merajut Asa di Tanah Asing | Menghadirkan Faisal Faizan (Zan)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya